SEKILAS INFO
: - Senin, 13-05-2024
  • 3 tahun yang lalu / Liburan Habis, Waktunya kembali ke Pondok lagi.
  • 3 tahun yang lalu / Waktu liburan sudah habis, saatnya kembali belajar menggali ilmu kembali.
KH. AHMAD HAFIDZ ABDULLOH

KH.AHMAD HAFIDZ ABDULLOH

Beliau adalah cucu pertama KH.Abdul Karim lirboyo dari putrinya yang menikah dengan K.Abdulloh Siroj. Pada masa kecil pendidikan pesantren kurang begitu melekat pada diri beliau, karena Gus Mad (panggilan beliau) sekolah umum sampai tingkat SMP di Gurah hingga tamat.

Setelah tamat SMP, sebagai anak bangsa yang waktu itu dijajah Belanda, merasa tergugah hatinya untuk ikut mengangkat senjata melawan penjajah. Akhirnya beliau masuk Militer yang prosesnya tidak sesulit sekarang. Tempat latihan beliau di Kuak Kediri dan di persawahan sekitarnya. Dan ikut andil di berbagai pertempuran. Pada masa agresi belanda beliau bergabung dengan pasukan Hisbulloh yang pada waktu itu beliau berpangkat Letnan Satu sedangkan Mayornya H. Mahfudz (rumahnya sebelah selatan alun-alun). Selama menjadi tentara beliau dikenal ahli berjuang. Beliau pernah dituduh menggelapkan senjata satu truk dan beliau dikenai tahanan luar. Setelah diusut dan tidak terbukti beliaupun dibebaskan. Peristiwa pemberontakan di Irian Barat beliau akan ditugaskan kesana tapi sampai Irian Barat merdeka tidak ada panggilan kesana. Selama menjadi tentara beliau tidak pernah memperlihatkan ketentaraannya, sampai-sampai seragamnyapun beliau sembunyikan. Apalagi kalau keirboyo karena takut dimarahi K. Manab kakeknya. Setelah pensiun uang pensiunannya tidak pernah diambil, pernah diambiul lalu dibagi-bagikan ke tetangganya.

Pada tahun 1945 beliau oleh kakeknya dipanggil ke lirboyo untuk mengaji, padahal waktu itu beliau masih dinas di militer, yang akhirnya disuruh berhenti oleh K. Manabagar leih mendalami ilmu agama. Beliau akhirnya mulai aktif mengaji ke kakeknya langsung dengan ditemani Gus Kholil probolinggo dan Gus Zaini (Putra K.Munawir) krapyak jogja. Setiap ba’da dhuhur ketiganya mengaji ke K.Manab dengan metode sorogan. Mulai dari kitab jurumiyah,qothrun nada, alfiyah, maqudi (alfiyah), bajuri, Taqrib, Suja’I, Sulam, Burdah dan seterusnya. Beliau ngajinya sangat tekun dan mempunyai ingatan yang kuat. Sehingga kitabnya jarang ada ma’nanya. Beliau orang yang sederhana dan pendiam. Beliau yang seharusnya makannya di ndalem (Nyai Manab) malah sering masak sendiri dengan teman santri yang lain, yang kadang lauknya hanya gerih atau kerupuk atau malah hanya nasi saja. Selama di lirboyo beliau juga sering pulang ke turus jalan kaki, juga sering melakukan ziaroh ke Magelang (tanah kelahiran K.Manab) naik sepeda ditemani oleh Gus Yusa’ dan kadang juga sendirian, juga ke makam-makam orang ‘alim di sekitar Kediri. Beliau pernah sekolah diniyah di lirboyo kurang lebih 2 tahun sampai kelas 3 ibtida’. Selebihnya langsung mengaji ke K.Manab dan K.Marzuqi (menantu K.Manab) diantara kitabnya : Ihya’, Muslim, Bukhori dengan bapak Busyro. Selain di lirboyo beliau juga pernah mengaji puasanan di watu congol.

Setelah pondok lirboyo diasuh K.Marzuqi beliau menjadi Lurah pondok menggantikan K.Ali Bakar (yang mendirikan IAIN pertama di kediri bersama K.Mahrus) bendaharanya K.Busyro dan sekretarisnya Iskandar yang kemudian diganti Sholiin dari Senggoro. Sistem kepemimpinan beliau adalah demokrasi terpimpin yaitu kepemimpinan tertinggi di pegang oleh pengasuh pondok (seperti kepemimpinan Bung Karno). Beliau menjadi Ketua pondok selama 4 periode dan santrinya ada 1700. Pada masa kepemimpinan beliaulah yang mendirikan kantor pondok dan koperasi pondok. Karena jiwa kepemimpinan beliau, orang lain/santri lain apabila disuruh selalu patuh dan tidak membantah. Selain menjadi lurah pondok beliau juga memberi pengajian kitab-kitab kecil kepaa santri.

Beliau juga ikut andil dalam penumpasan PKI tahun 1965-1966 di daerah Gurah dengan membawa bantuan santri dari lirboyo. Selain itu juga mengumpulkan pemuda di desa Turs dan sekitarnya  dan diajak masuk  islam dan berjuang. Karena turus pada waktu itu daerah jahiliyah. Setelah gestapu banyak yang mau sholat. (islam karena takut mati).

Setelah itu perjuangan bekiau terfokuskan untuk membuat kader-kader islam dengan mendirikan PGA di Gurah, mengadakan pengajian rutinan di kediamanya dan keliling ke desa-desa. Juga aktif di Ormas NU dengan menjadi Syuriyah Ancab Gurah sampai akhir hayat beliau.

Beliau tidak ikut aktif dalam parpol atau pemerintahan, hanya anak buahnya yang disuruh andil dikedua bidang tersebut, diantaranya Bapak Syirojuddin Ahmad menjadi Jogoboyo di desa Turus yang merupakan pembantu beliau ketika masih di lirboyo sampai pindah ke Turus. Pernah oleh KH.Imron Hamzah beliau disuruh masuk Golkar kurang lebih 1 tahun untuk mencari jalan keluar dari penganiayaan Golkar pada waktu itu.

Walau kelihatan modern sebenarnya beliau orang yang khusu’ (sufiah) juga wira’I selalu patuh pada kitab-kitab tasawuf dan kartena yang diikuti kyai-kyai sepuh hingga seringkali tidak cocok dengan saudara-saudaranya karena keradikalanya.

Sebelum beliau wafat semua tanggungjawabnya diserahkan ke Ibu Nyai.

(Nara Sumber : K. Busyro, Probolinggo ).

 

Beliau putra Mbah Abdulloh syiroj. Terkenal serba bisa, bisa menyelam di sumur berjam-jam sampai tidak ada ombaknya. Juga ahli terompet. Selain itu beliau juga terlihat punya ilmu laduni sejak kecil. Dalam belajar di sekolah yang formal beliau suka berpindah-pindah. Belajar di ponpes lirboyo juga pernah beliau jalani bahkan di ponpes ini beliau pernah menjabat ketua pondok. Dalam benda’wah beliau lakukan didalam dan diluar ponpes. Dalam bidang keorganisasian beliau sangat tekun, terbukti beliau menjadi Syuriyah Cabang Kediri kurang lebih tahun 1982. Ringkas cerita beliau wafat pada tahun 1997 M. ( Nara Sumber : Bapak Syirojuddin Ahmad, Turus )

 

Pada masa penjajahan belanda beliau masuk militer dan termasuk cepat naik pangkatnya (karena ilmunya). Dengan berpangkat letnan satu tugas terakhir beliau adalah diperintah langsung oleh Bung Karno untuk menjadi Intel di Malaysia pada waktu konfrontasi dengan Malaysia. Karena santri lirboyo pada waktu itu sudah ada yang dari Malaysia sehingga memudahkan beliau dalam menjalankan tugasnya. Disana kurang lebih 15 hari dan pulangnya melalui India baru ke Indonesia. Beliau orangnya pendiam dan senang tirakat. Kalau ingin membeli kitab dan tidak punya uang beliau menjadi montir di Pujon, setelah dirasa mendapatkan uang yang cukup dan terkadang ada kelebihan dari membeli kitab beliau kembali ke lirboyo. Apabila makan tidak pernah pilih-pilih dan sampai bersih tak tersisa. Sering melakukan ziaroh ke makam para wali dengan naik sepeda yang konon kecepatannya bisa melebihi mobil. Ada yang bilang beliau mempunyai ilmu laduni karena mengaji beliau langsung ke K.Manab tanpa kitab cukup mendengarkan dan langsung hafal. Juga ketika mengaji kitab tafsir jalalain ke K.Kholil bangkalan tanpa kitab dan khotam selama satu minggu. Juga mampu menterjemahkan (ma’nani) kitab-kitab yang baru atau langka. Terbukti ketika seorang santri ingin mengaji kitab kawakibul lama’ah yang berisi tentang ahlu sunnah dan wahabi yang masih baru dibawa ke beliau untuk dingajikan beliau, beliau langsung menyanggupi. Setiap ba’da ‘isya’ beliau membacakan kitab tersebut dengan bahasa jawa dan intelek sekaligus. Setelah khotam santri tersebut dianjurkan untuk meneruskan ke kitab fajrus shodik agar lebih lengkap. Akhirnya santri tersebut mengaji kitab fajrus shodik kepada beliau padahal kedua kitab tersebut tergolong langka dan mengajinya kitab beliau juga masih baru. Ilmu K.Manab yang beliau sukai diantaranya adalah Sholat itu tidak wajib kalau belum sempat. Seperti sholatnya orang yang bepergian jauh. Selama menjadi lurah pondok lirboyo beliau dikenal sangat bijaksana, apabila ada santri yang beling atau bahkan mencuri beliau menasehati agar tidak mengulangi dan diusahakan agar tidak diusir oleh K.Marzuki. pernah mengundang temannya dari kodim 508 untuk mengajari baris berbaris santri lirboyo, dan apabila masalah yang sulit sekalipun beliau bisa mengatasinya. Di lirboyo beliau menempati

kamar A bawah sebelah timur dengan Gus Fasih keponakan beliau.

Pada masa penumpasan PKI yang telah disepakati oleh Ulama dan Umaro pada waktu itu, beliau membentuk pasukan asyadulloh yang beranggotakan para santri lirboyo dan dibentuk beberapa pleton yang beroperasi siang dan malam. Pasukan asyadulloh sangat ditakuti oleh orang-orang PKI bahkan tidak pernah melakukan perlawanan. Adapun orang-orang PKI yang diutamakan adalah para pimpinanya.

Beliau juga mempunyai informan yang tidak diketahui oleh oranglain. Terbukti ketika PKI membuat sumur-sumur beliau tahu kalau itu untuk mengubur musuh-musuhnya (para Santri). Akhirnya pasukannya tidak boleh keluar dari pondok lirboyo. Apabila ada PKI yang mau di bunuh membaca syahadat beliau perintahkan untuk qoth’ul ‘unuq karena itu perintah allah dan syahadat tadi hanya untuk pengaman agar tidak di bunuh.

Pernah suatu ketika di Gurah ada pelarian PKI dari Banyuwangi yang di bunuh hidup kembali,, lalu pasukan itu memanggil Gus Ma’sum lirboyo tapi juga tidak mampu membunuhnya, akhirnya memanggil Gus Mad (K.A.Hafidz) lalu oleh beliau disuruh memenggal kepalanya dan di ikat diatas sebuah bambu. Akhirnya PKI itupun mati. Kejadian lain ketika beliau ikut demo menuntut pembubaran PKI di kediri dilempari dengan batu, ada sebuah batu besar tepat di atas kepala beliau yang tak bisa jatuh setelah beliau pindah dari tempat itu batunya jatuh. Ketika gotong royong di rumahnya Gus Yusa’ kaki beliau kejatuhan usuk yang banyak pakunya, setelah di usap dengan tangannya langsung kembali seperti sediakala. Yang disukai orang lain terutama para santri ketika sholat tarawih berjama’ah dengan beliau ialah beliau kalau mengimami cepat tidak seperti K.Marzuki.. beliau juga menguasai bahasa inggris.

Beliau juga senang sowan ke Kyai yang aneh-aneh. Pernah sowan ke kyai ahli toriqoh di kediri yang kemudian beliau ma’mum sholat ke kyai tersebut. Di tengah-tengah sholat ada santri yang ramai. Setelah selesai sholat kyai tersebut bertanya kepada pada santri siapa yang ramai tadi ? oleh beliau dijtanya “kyai sampean itu ahli thoriqoh, sholat kok masih mendengar anak ramai ?” kyai itupun terdiam.

Juga pernah sowan ke K.Sahlan krian yang terkenal sulit disowani dan suka marah.setelah Gud Mad bertamu selama 1 jam belum ditemui akhirnya Gus Mad menulis surat yang berisi “man kana yu’minu billahi wal yaumil akhir far yukrim dhoifah” dan menyuruh seorang santri memberikannya ke K.Sahlan dan K.Sahlanpun langsung keluar menemuinya. Gus Mad berkata “Sampean kalau jadi kyai jangan jual mahal, harus menghormati tamu dan disini saya tamu”. Kalau itu hak dan untuk kebaikan tidak apa-apa” kata beliau.

Dalam urusan perjodohan beliau pasrah sepenuhnya ke taqdir allah. Beliau menikah tahun 1967 dan tahun 1968 mulai mendirikan pondok yang kemudian dilanjutkan pembangunan madrasah yang diantara gentengnya dari H.Hasan Bustomi madura yang merupakan orang pertama yang mengaji ke beliau di turus.

Pernah bahtsul masail dengan K.Wahab dan K.Samsuri di jombang mengenai orang laki-laki yang naik sepeda ontel perempuan. Dan menurut kedua kyai tadi haram. Lalu disangkal oleh Gus Mad “Kanjeng nabi dahulu naik onta perempuan yai, benyawa lagi”. Ketika naik haji pernah debat dengan ulama Mekah dan semua pertanyaan beliau jawab dengan al-qur an beserta penjelasannya (tafsirnya). Akhirnya ulama tersebut menganggap kalau beliau hafal al-qur an. Karena beliau dikenal ahli nahwu pernah ditanya mengenai bacaan “Ya abu bakrini shodiqi” beliau jawab itu karena harokat hikayat. Juga pernah ditegur orang “Yai, orang-orang yang jama’ah disini kok banyak yang memakai celana, itukan tidak sopan” jawab beliau karena disini banyak orang mualafnya.

Dalam berda’wah rutinan di desa-desa beliau selalu menggunakan / membawa kitab, karena kalau memakai kitab tidak mengada-ada dan lebih kuat. Beliau hanya aktif di NU, ketika menjadi pengurus Cabang Kedir beliaulah yang mengurusi uang yang dihabiskan oleh pengurus lama. Beliau tidak aktif di Parpol. Pernah menjadi anggota Golkar hanya karena beliau tentara.

Beliau orangnya rendah hati dan tidak jual mahal. Apabila da tamu kapanpun waktunya pasti beliau temui. Beliau juga sering mencucikan pakaian istrinya. Juga pernah mencucikan celana wali santrinya yang ketika sowan kotor.

Diantara pesan, ijazah dan wasiat beliau adalah :

  • Jangan memakai atau memiliki khodam karena dapat merusak rumah tangga dan lainnya. Walaupun itu jin islam sama saja.
  • Membaca ayat kursi setiap waktu 70 kali untuk memperbaiki akhlaqul karimah.
  • Kalau ditanya mengenai hukum danmasih ragu-ragu, jawab saja tidak tahu karena kata nabi. Hukum itu : al- qur an, sunnah dan la adrii.
  • Kalau ingin menjadi kyai harus siap faqir.
  • Kalau ada orang naik haji berilah keterangan mengenai melempar jumroh

Aqobah harus masuk ke tempatnya kalau tidak hajinya tidak syah. Kalau menikahkan anaknya tidak syah, kalau kumpul dengan istrinya dianggap zina (kurang lebih satu bulan sebelum beliau wafat).

Beliau dikenal ahli ilmu fiqih, nahwu dan tasawwuf. (Nara Sumber : Bapak H. Hasan Bustomi, Madura ).

MASA KANAK-KANAK

  1. Ahmad hafidz adalah putra dari pasangan K.Abdulloh (Besole) dan Nyai Hannah (Putri sulung KH.Abdul Karim lirboyo) yang lahir di besole pada tahun 1934 M. dan ketika beliau berusia satu tahun beliau dibawa pindah ke Turus utara (Ndalem sekarang) oleh kedua orang tuanya, karena ibunya (Nyai Hannah) tidak kerasan di Besole.

Memasuki usia kurang lebih 7 tahun, beliau memasuki Sekolah Rakyat (SR) yang sekarang menjadi SD di Gabru dengan teman beliau sekaligus saudara beliau yaitu Bapak Abdul Kholiq (Besole). Selama disekolahkan beliau terkenal dengan kecerdasannya dan dalam bergaulpun beliau tidak membeda-bedakan teman. Dan selagi di rumah beliau jarang bermain keluar karena dilarang Ibunya. Sebab kondisi masyarakat Turus pada waktu itu masih rawan dan jarang orang yang mengenal agama.

Namun ternyata kebahagiaan tidak selalu menyertai K.Ahmad Hafidz kecil, karena pada usia yang masih relatif kecil yakni umur 8 tahun beliau sudah ditinggal wafat oleh ayahnya yaitu K.Abdulloh.

MASA REMAJA

Satu tahun setelah wafatnya K.Abdulloh (Ayahnya), beliau dijemput oleh kakeknya untuk diajak ke Lirboyo. Tetapi beliau tidak bersedia mondok kalau tidak bersama Bapak Abdul Kholiq.

Walaupun beliau cucu dari pendiri Pon-Pes Lirboyo tapi beliau sangat rajin membantu pekerjaan Kyai yang sekaligus kakeknya sendiri. Tidak seperti santri-santri yang lain pada umumnya. Sehingga banyak yang tidak tahu bahwa sebenarnya beliau adalah cucu dari Kyainya atau Gus mereka.

Selama belajar di lirboyo beliau tidak pernah melalui jalur pendidikan formal (sekolah) seperti santri-santri lain pada umumnya karena beliau tidak telaten, melainkan langsung ngaji sorogan kepada Kyainya (dibacakan langsung menirukan). Setelah itu gantian beliau mbalah kepada teman-temannya. Dengan bekal kecerdasan yang beliau miliki, beliau dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diajarkan oleh gurunya. Diantaranya yaitu beliau bisa menghatamkan kitab “AL-‘IMRITHI” hanya dengan tenggang waktu mulai ba’da shubuh sampai bedug (kira-kira jam 12.00 WIB).

            Beliau terkenal sangat disiplin dan tekun dalam belajar. Sehingga saking sibuknya beliau dalam memathla’ah kitab-kitabnya, tidak jarang selama satu minggu beliau tidak bicara dengan teman sekamarnya kecuali pada hari libur. Karena pada hari libur beliau sangat menikmatinya dan tidak pernah memegang buku. Tapi kalau tidak hari libur beliau sangat memanfaatkan waktunya untuk belajar dan mathla’ah pelajaran-pelajarannya. Pernah suatu ketika teman sekamar beliau yaitu Bapak Yusa’ ditegur beliau gara-gara pada hari libur memegang kitab.

Beliau pernah bekerja dan hasilnya dibelikan sepeda kemudian disewakan dan hasilnya untuk biaya pembangunan pondok.

Selain beristiqomah di lirboyo, beliau juga menimba ilmu agama dibeberapa pondok pesantren di jawa diantaranya yaitu di Mojosari (Nganjuk) selama 15 hari, di Sarang dekat Lasem (Rembang) selama 28 hari, di Bendo (Pare) selama 15 hari, di Bangkalan (Madura), di Watu Congol (K.Dalhar). beliau juga pernah mondok di Mangir (Tuban). Semua itu beliau jalani ketika bulan suci romadlon.

Selain terkenal dengan kedisiplinannya dan kemauannya yang keras beliau juga

Terkenal dengan keanehan-keanehannya yang diantaranya yaitu : apabila beliau gerah (selama di lirboyo) beliau tidak mau makan, minum, diobetkan dan tidak pernah mengeluh walaupun pernah sakitnya kurang lebih selama satu minggu. Kendatipun beliau sebagai Gus dan dekat dengan Kyainya, beliau tidak sombong dan tetap akrab dengan santri-santri lain tanpa membeda-bedakannya.

Setelah K.Abdul Karim wafat (1945) oleh K. Marzuki Dahlan beliau diserahi tugas sebagai Lurah pondok dan pada saat beliau menjadi lurah pondok, beliau dibebani tugas membangun pondok. Kendatipun begitu bukan berarti tidak ada hambatan-hambatan yang menyertainya. Yang diantara kendala dan hambatan tersebut adalah karena faktor biaya yang ada tidak mencukupi. Oleh karena itu beliau nyambi sebagai penjual beras. Beliau menjual beras dalam jumlah besar dari Banyuwangi ke Jawa Tengah (dengan di bantu oleh salah seorang kenalan beliau yang juga sebagai anggota TNI), karena penjualan beras dalam jumlah besar pada waktu itu dilarang oleh pemerintah. Selain itu beliau juga nyambi kerja sebagai buruh nyapu di pabrik semen (luru semen) kemudian hasilnya dijual sebagai upah.

Pernah juga beliau sakit beberapa minggu. Beliau juga tidak mau menjawab apabila ditanya tentang penyakitnya. Bahkan teman-temannyapun oleh beliau dilarang memberitahukan kepada salah satu keluarganya apabila beliau sakit. Dan diantara keanehannya lagi yaitu apabila beliau pulang ke Turus, beliau langsung menuju jeding (kamar mandi) dan mengisi air dengan penuh, baru setelah itu masuk rumah. Setelah itupun beliau langsung kembali ke lirboyo dan tidak pernah tinggal sampai lama di Turus, apalagi menginap. Hari rayapun beliau juga demikian.

K.Ahmad Hafidz adalah orang yang sangat rendah hati. Apabila bepergian kemanapun, beliau tidak pernah menunjukkan jati dirn beliau yang sebenarnya. Bahwa beliau adalah cucu dari pendiri Pon-Pes Lirboyo, yaitu K.Abdul Karim. ( Nara Sumber : Ibu Nyai Fatimah, Slumbung ).

Selain itu beliau juga terkenal sebagai orang yang sangat kuat melakukan riyadhoh serta qona’ah. Dahar beliau ketika di lirboyo tidak pernah aneh-aneh,paling-paling lauknya cuma kelapa dan kadang-kadang ikan asin (balur) yang di bakar.

Dan diantara kecerdasannya lagi, ada suatu riwayat yang mengisahkan bahwa beliau pernah dengan tiba-tiba disuruh kakeknya untuk menjadi badal khutbah kemanten. Padahal itu belum pernah beliau lakukan sebelumnya dan tanpa persiapan apapun kecuali hanya secuil kertas yang berisi sedikit tulisan yang beliau tulis ketika di dikte oleh kakeknya dalam perjalanan. Itupun belum sempat beliau pahami.

( Nara Sumber : K. Nurul Huda, Slumbung ).

Beliau orangnya pendiam tidak banyak bicara, sampai apa bila beliau tidur tidak ada santri lain yang berani memangunkanya, kecuali teman dekatnya. Tetapi beliau perhatian sekali terhadap semua santri . apabila temanya ada yang punya masalah , beliau sering memberi masukan atau nasehat, akan tetapi beliau sendiri tidak pernah mengeluh apabila punya masalah apalagi mengutarakanya. Dan dilirboyo beliau pernah menjadi Lurah pondok, selain itu apabila ada santri yang minta dibacakan kitab-kitab tertentu beliupun tidak keberatan.

Semasa mondok beliau mempunyai ta’dzim yang sangat tinggi kepada kiainya yang kebetulan kakek dan pamanya sendiri. Apabila dipanggil sang Kiai tak peduli apa yang  beliau kerjakan langsung beliau tinggalkan dan memenuhi panggilan tersebut. Suatu ketika beliau sedang tidur tiba-tiba dipanggil mbah Yai Manab / Kiai Abdul Karim ( kakeknya sendiri ) langsung beliau memenuhi panggilan tersebutitu tanpa cuci muka , dan tanpa memakai sandal, bahkan dengan kopyah agak miring dan mengancingkan bajunya sambil berjalan.

Oleh karena itu beliau sering  diajak ziarah kemakam para wli oleh mbah yai manab, kia Marzuqi, kia Machrus Ali, tapi yang paling sering kiai Marzuqi. Anehnya  dalam perjalanan ini dilakukan dengan jalan kaki dalam satu malam, berangkat sekitar pukul 21.00 WIB dan kembali pukul 00.00 WIB . tujuanya antara lain nggedong ( Nganjuk ), Mojoagung ( Jombang ), Ngampel , Giri, dan Madura, jarak antara satu makam kemakam yang lain kurang lebih 25 langkah, yang ketika memulai perjalanan beliau diwanti-wanti agar tidak menegok kebelakang , dan dalam perjalan antara Madura Mbah yai hanya bilang “ Awas Fidz, kalen ( selokan ) “ .

Sebagai anak bangsa beliau merasa terpanggil untuk ikut mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia . kurang lebih tahun 1948 beliau masuk TNI hinga berpangkat Letnan. Pernah di suatu pertempuran , tepatnya di sekitar Jl. Dhoho , beliau  terkepung oleh pasukan Belanda, karena hanya bersenjatakan satu pistol beliau bersama temanaya bersembunyi didalam selokan dipinggir jalan. Setelah peristiwa Madiun beliau tridak pernah aktif lagi di militer . namun ketika ada pergolakan di Irian Barat , beliau mendapat surat  dari kesatuan untuk siap bertugas apabila sewaktui- waktu dipanggil . penumpasan PKI di Kediri ,  pertama kali meletus di daerah tiru Gurah Kediri , dan belia sendiri ikut andil dalam penumpasan tersebut.

Ada kejadian aneh ketika beliau menjadi tentara, pernah di curigai sebagai mata – mata oleh sesama santri yang kebetulan juga tentara. Dengan menodongkan pistol kehadapan beliau, tentara itu tidak menggubris perjalanan permasalahan  yang beliu utarakan. Akhirnya beliau memanggil seorang santri untuk membeli jajan, kemudian beliau berkata “ Aku yang membuka bungkusan ini , dan kamu yang makan jajannya. Apabila kamu mampu memakan jajan ini berarti kamu bisa menembak aku”.

Tak pelak setelah dia menggigit jajan itu, mulutnya terkunci dan tak bisa bergerak.Akhirnya tentara itupun sadar akan kekhilafannya dan minta maaf kepada beliau.

Ketika mondok beliau gemar sekali mencari ikan memakai jaladengan teman-temannya ( diantaranya makde sahlan , lazim, dll.) .Diantaranya beliau pernah menjala disebuah empang yang besar ( pagora sekarang ) yang terkenal angker, walaupun ikannya banyak tidak ada yang berani mencari ikan disitu. Setelah minta izin  kepada juru kuncinya beliaupun mendapat ikan yang banyak. Pernah juga beliau mencari ikan disungai berantas dan jalanya menyangkut di sebuah benda, setelah diraba-raba benda itu bergigi seperti gergaji , akhirnya tempat itu cepat-cepat ditinggalkan karena benda itu adalah buaya , dan jalanya menyangkut  di buaya itu. Beliau juga gemar sekali naik sepeda (Simplek) ke surabaya, jawa tengah dan lain-lain.

Konon beliau pernah kecewa berat gara-gara kalah cepat menghafal  Alfiah dengan temannya akhirnya beliau mengunci diri dikamar selama 3 hari 3 malam tanpa makan dan minum . Namun setelah keluar beliau hanya merasa satu jam lamanya didalam kamar.

Sepulang dari lirboyo beliau pulang ke turus dan mendirikan pondok , karena memang sudah beliau idam-idamkan sejak berada di lirboyo. Walaupun masyarakat sekitar  termasuk basis PKI  beliau tidak mempunyai perasaan khawatir sedikitpun . beliau juga mulai mengadakan dakwah dengan mengadakan pengajian, dll. Beliau menikah tahun kurang lebih tahun 1968.

Beliau orang yang sangat penyabar, pernah suatu kerika di lapori ada beberapa orang yang mengambil buah jambu di depan rumahnya sampai membawa keranjang

“ Biarkan saja malah saya tidak perlu repot-repot mengantar ke rumahnya “. oleh karena itu dalam memberi nasehat beliau sering mengatakan jadilah orang yang sabar “menang jadi arang kalah jadi abu” jadi yang menang adalah yang sabar.

Selain itu beliau juga dikenal ahli tasawuf, hingga kalau membicarakan masalah hukum beliau mendahulukan tasawufnya. ( Nara Sumber : Bapak Lazim, Tuban ).

Beliau adalah putra pertama dari Mbah Abdulloh Syiroj yang lahir pada tahun 1934 M. sejak kecil terkenal dengan kenakalan, keberanian serta kecerdasanya. Juga mampu menyelam selama berjam-jam di sumur sampai tidak ada ombaknya. Selain itu beliau juga terlihat punya ilmu laduni sejak kecil. Hal ini terbukti ketika beliau belajar disekolah tidak pernah diajari sang guru melainkan hanya diberi buku dan belajar sendiri. Dalam belajar di sekolah yang formal beliau suka berpindah-pindah. Kemudian perjalanan mencari ilmu beliau lanjutkan di lirboyo atas kehendak kakeknya yaitu K. Abdul Karim. Disan ahanya sampai kelas tiga ibtida’iyyah. Selanjutnya beliau langsung mengaji kepada kakeknya. Bahkan di pondok pesantren ini beliau pernah menjabat sebagai ketua Pondok pesantren.

Pada tahun 1967 M beliau pulang dari ponpes lirboyo dan meneruskan perjuangan ayahnya. Tak lama kemudian setelah menetap di turus utara beliau memboyor pondok dan madrasah yang ada di besole ke turus utara.

Dalam berda’wah ke masyarakat beliau laksanakan dengan cara tekun mengunjungi warga sekitar, dengan tujuan mengajak mereka untuk sholat berjama’ah di masjid yang beliau bangun bersama H. Samsuri, H. Maskur (gamping, Gurah) dan lain-lain. Masjid tersebut masih sangat sederhana dengan beratapkan daun kelapa (Teple) selama kurang lebih 2 tahun. Selain itu bila hari raya tiba beliau bersama mbah ghozali mengunjungi warga sekitar masjid, yang berangkat setelah sholat ‘id dan pulangnya sekitar jam 10 WIB.

Ilmu langsung amal merupakan suatu palajaran dan pengalaman yang dialami mbah ghozali. Pada suatu ketika akan melaksanakan sholat berjama’ah beliau dawuh, “apabila ada imam yang sholatnya batal, hendaknya salah satu ma’mum yang terdepan menggantikannya “. kemudian pada waktu sholat berjama’ah berlangsung, pada waktu tahiyat akhir putra pertama kyai Ahmad Hafidz merangkul beliau dari belakang. Mengetahui hal tersebut mbah ghozali yang ada di belakang beliau teringat akan dawuhnya beliau sebelum melaksanakan sholat dan seakan-akan memerintahkan agar dia menggantikan kyai Ahmad Hafidz untuk menjadi imam.

Dalam masa perjuangan beliau pernah menjabat sebagai Komandan Kompi. Dalam berjuang beliau orangnya ihklas. Sehingga beliau menolak saran Bapak Asmono agar mengambil dana pensiunan. Karena beliau menganggap berjuang bukanlah suatu pekerjaan maka tak sepatutnya bila mendapatkan gaji. Di bidang keorganisasian beliau sangat tekun terbukti beliau menjadi Syuriyah Cabang Kediri kurang lebih mulai tahun 1982 M dan belliau wafat pada tahun 1997 M. ( Nara Sumber Mbah Ghozali, Turus ).

Pada masa K.Ahmad Hafidz imam mukti adalah santri pertama di Pon-Pes Hidayatus Sholihin, yang kenal dengan K. Ahmad Hafidz di Pon-Pes Lirboyo.Bapak Imam Mukti mengikuti beliau ke Turus dan di turus ia mengaji.ketika di lirboyo ia mengaji pada K.Ahmad Hafidz yaitu kitab Ta’limul Muta’allim. Sedangkan waktu di Turus ia mengaji kitab Al-qur an, Riyadhus sholihin dan lain-lain dengan sistem sorogan. Ia mengikuti K.Ahmad Hafidz karena menurutnya K.Ahmad Hafidz adalah termasuk insan kamil yang pernah ia temui semasa hidupnya. Beliau terkenal disiplin, tegas, sabar dan berakhlakul karimah dan bahkan di lirboyo beliau termasuk orang yang paling disegani saat menjadi lurah pondok.

Saat itu masjid masih beratap daun kelapa (teple) sekitar tahun sebelum 1968. Saat itu juga ada 2 santri yaitu : Hamdan dan Sa’roni tapi sudah tidak mengaji ( 1969 ) serta ada santri nduduk (warga sekitar). Dulu di lirboyo K.Ahmad Hafidz sekolah hanya sampai kelas 4 Ibtida’iyyah. Beliau senang ziarah dan silaturrohim terutama kepada guru-guru beliau agar mendapatkan ilmu manfaat, barokah. Beliau banyak tamu dan perkataan beliau sangat dibutuhkan dalam berbagai masalah (di PGA). Kesibukan beliau : Masyarakat, Pondok dan Lirboyo. Sehingga waktu itu mengajinya sewaktu-waktu. Beliau pernah mengijazahkan hizib nashor.

Pernah suatu ketika saat di bulak gumul beliau dihadang oleh sekelompok orang berseragam tentara, tapi akhirnya oleh beliau pakaian mereka dilepas dan mereka di bawa ke Koramil. Kalau ke Lirboyo beliau naik sepeda dan bila ada mobil dibelakangnya pasti tak berani mendahului beliau. Di turus dulu pernah rumahnya dimasuki maling tapi kepergok dan oleh beliau disuruh berhenti jadi maling. Di pasar pahing pernah dikeroyok orang (Tukang Becak) lalu becaknya oleh K.Ahmad hafidz ditumpuk dan mereka tidak tahu kalau yang menumpuk becak mereka adalah K.Ahmad Hafidz. Pernah K.Futuh Berkata “ Dulu di lirboyo ia muridku tapi kini aku sudah tertinggal jauh “. (Nara Sumber : Bapak Imam Mukti, Kandangan ).

Beliau sudah ikut berperang sejak usia 13 tahun dengan menjadi tentara cadangan dwikora, anak buahnya sukarno untuk pembebasan irian barat.Pernah  mendapat uang tunjangan (rapelan) kemudian dibuat membeli sepeda motor baru. Namun setelah digojloki teman-temannya uang tersebut akhirnya dibagi-bagikankepada teman-temannya di militer.sampai diakhir jjabatannya beliau menjabat sebagai Let tu.

Santri yang pertama kali mengaji kepada beliau adalah bapak Syamsuddin (tamatan Jampes.ke Lirboyo lebih kurang tahun 1965/1966 ), Gus Yusa’, Bapak Dimyati (Keriten Mojo),  dan bapak Umar Muhammad Yang betempat di di ndalem lama pada bulan romadlon. Kehebatan K.Ahmad Hafidz : masalah apa saja beliau mampu mengatasinya. Pernah Bapak Syamsudin membonceng K.Ahmad Hafidz dan ia tertidur waktu membonceng tapi tidak apa-apa.

Sementara yang memprakarsai berdirinya Madrasah adalah Ibu Nyai yang didukung oleh Bapak Kyai.

Hubungan beliau dengan Pemerintahan biasa ( Apabila mendapat undangan dari Golkar beliau tidak datang.namun apabila yang mengundang atas Nama Bupati sendiri beliau Pasti Datang. ( Nara Sumber : Bapak Syamsudin, Blitar ).

K.Ahmad Hafidz sebelum mondok ke Lirboyo, beliau sekolah di kota (umum).beliau juga pernah ikut kelompok ketoprak dan biasanya berperan sebagai Gatot Kaca yang bisa terbang.

Karena beliau termasuk anak yang nakal dan bandel, sampai-sampai kakeknya (K.Abdul Karim) menyuruh saudara-saudaranya untuk berpuasa agar Ahmad Hafidz mau mondok.dan akhirnya jerih payahnya terkabul setelah tamat dari sekolah umum Ahmad Hafidz kecil mau mondok ke lirboyo.di pondok beliau langsung mengaji pada kakeknya dengan ditemani Gus Kholil (dari probolinggo.Red) dan Ya’qub ( alm ). Setiap setelah sholat ‘ashar dan maghrib mereka tekun mengaji ke Kyai Manab. Mereka juga jadi teman satu ajang dalam makan. Selama menjadi santri lirboyo beliau pernah menjadi lurah pondok. Dalam memimpin beliau orangnya terkenal sangat tegas, hingga pernah memisah antara pondok barat dan timur, yang di barat tidak boleh ke timur dan yang timur tidak boleh ke barat. Beliau juga ikut memberikan pengajian kitab kuning ke santri-santri lain. Dalam mengaji beliau sangat telaten. Adapun waktunya antara lain : setelah ‘ashar, setelah maghrib, dan setelah ‘isya’. Kitab-kitabnya antara lain :Sulam Taufiq, Durrotun Nashihin, Safinatu Naja dll.

Pada masa perjuangan melawan penjajah belanda beliau menjadi tentara dengan pangkat Kopral dan ikut dalam beberapa pertempuran. Pernah pada suatu ketika karena kalah senjata akhirnya beliau menelusuri parit di sekitar jalan Dhoho yang akhirnya tembus di sungai brantas.

Beliau memiliki banyak kelebihan, selain dikenal ahli tasawuf, juga lihai berbahasa asing diantaranya Arab, inggris, prancis dll.

Dalam beperhian jauh dengan naik sepeda apabila ada masjid beliau mampir untuk sholat dan teman yang memboncengnya tidak pernah merasa lelah atau capek. Pernah suatu ketika akan pulang dari lirboyo ke turus beliau dihadang oleh beberapa bwgal dipersawahan Wonojoyo. Kemudian beliau tangkap salah satu begal itu dan diangkatnya kemudian dilemparkan ke arah teman-temannya. Tak pelak begal-begal itupun lari ketakutan. Ini adalah diantara keanehan atau kelebihan beliau yang tidak dimiliki orang biasa.    (Ayahnya   pernah   jadi   Intel  =  menyelidiki  orang   yang   adu   jago  / ayam ).

( Nara Sumber : Bapak Sya’roni, Lirboyo ).

Sebagai seorang kyai beliau tidak pernah berlaku sok/ kasar. Sikapnya selalu rendah hati dan tidak angkuh. Misalnya saja ketika bapak muhsin datang ke pondok (Ndalem), bapak muhsin disuruh jadi imam kalau tak salah sholat maghrib. Lalu pak sin mau dan ternyata kyai mad ada dibelakangnya. Bapak muhsin terkejut, dia pikir kyai sudah sholat sehingga ia mau jadi imam. Tapi ternyata kyai malah ikut jama’ah dengannya. Dan sikap kyai mad yang lain, beliau tidak pernah menegur orang yang salah didepan orang banyak. Terutama pada para guru. Tentu saja bagaimanapun juga guru juga pernah melakukan kesalahan dan yang menegur para guru tersebut adalah kyai. Yaitu beliau menegur dengan cara memanggil guru tersebut ke ndalem serta tak langsung dihadapan orang banyak.

Pendapat kyai tentang ilmu adalah “ lebih baik punya sedikit ilmu tapi diamalkan daripada punya banyak ilmu tapi tidak diamalkan “. jadi secara tidak langsung ini merupakan nasehat bagi santri-santrinya untuk selalu mengamalkan ilmunya meskipun sedikit. Jangan jadi orang yang banyak ilmunya tetapi nonsense (tidak diamalkan).

Keadaan sekolah pada tahun kurang lebih tahun 1974 itu masih bambu (gedek) yang letaknya sekarang menjadi gedung TK. Lalu kurang lebih tahun 1980 madrasah dipindah ke belakang, kyai pernah berkata tentang madrasah yaitu “jika allah menghendaki madrasah ini tidak cukup MI saja tapi Tsanawiyah juga”. Dan ternyata sekarang terbukti, lama kelamaan madrasah jadi berkembang dan sampai sekarang kita lihat hasilnya sudah ada MA bahkan MAK. Memang dulu madrasah itu pelajarannya hanya ngaji, tapi lama kelamaan ditambah umumnya. Ini dimaksudkan bahwa santri itu tidak hanya pintar ngaji tapi juga harus tahu tentang pengetahuan umum.

Kyai ahmad hafidz adalah seorang yang aktif sekali dalam kegiatan masyarakat. Misalkan saja beliau punya kegiatan rutinan malam jum’at.  Jadi hampir setiap malam jum’at beliau keluar pondok untuk mengadakan pengajian. Selain itu beliau juga mengadakan pengajian rutin di pondok yaitu malam selasa yang mana yang mengaji dari seluruh desa disekitar turus- gurah. Selain hari itu ada juga malam kamis…wah banyak sekali kegiatannya sehingga sulit diungkapkan satu persatu.

Sikap kyai terhadap pemerintahan waktu itu sangat tidak cocok sekali, terbukti ketika pemerintah menawarkan bantuan yang berupa materi, kyai mad tidak mau menerimanya. Sikap semacam itu terus dilakukan sampai akhir hayatnya. Beliau berkata “biarlah semua kyai itu dapat uang dari pemerintah “. tapi atas rohmat allah pembangunan madrasah dapat tetap berlangsung tanpa bantuan dari pemerintah. Tetapi mengenai pelajarannya ikut terhadap pemerintah. Misalkan ikut ujian persamaan MI.

Sedangkan sikap kyai dalam mendidik putra-putrinya yaitu dengan menanamkan sikap disiplin ( dalam artian : ada saatnya keras ada saatnya tidak keras, tergantung dengan sikon ).

Kalau mengenai pendirian masjid, itu dulunya angkring tetapi secara gotong royong akhirnya dapat mendirikan masjid. Jadi yang mendirikan masjid itu orang banyak. Sedangkan kalau madrasah dulunya tempatnya di turus kidul tapi kemudian oleh kyai dipindah ke utara. Kabarnya ( kata santri ) ketika beliau memindahkan madrasah tersebut, kyai berperang dengan jin yang menunggu disitu. Tapi semua itu dapat diatasi oleh kyai. Akhirnya sekarang madrasah sudah pindah di utara.

Sifat-sifat yang ada pada kyai itu patut di contoh/ di tiru oleh santri-santrinya. Sampai akhir hayatnya perjuangannya tak pernah padam. Suatu hari bapak muhsin mimpi bertemu kyai, dan bapak muhsin disuruh kyai untuk membantu cak mamad ( putra bungsu kyai ) untuk membetulkan selambu ndalem. Mungkin ini suatu firasat bagi bapak muhsin untuk terus membantu perjuangan di madrasah. ( Nara Sumber : Bapak Muhsin, Wonojoyo Gurah ).

Diantara sifat-sifat kyai mad adalah selalu istiqomah dalam memimpin organisasi. Sabar artinya beliau mampu menahan emosi. Ketika didepan pondok turus ada tontonan yang saat itu terkenal dengan tayuban, mabil-mobil pengunjung di parkir didepan mondok dan kyai pergi ke lirboyo untuk menghindari totntonan tersebut. Ketika kyai pulang tayuban masih berlangsung dan kyai sabar ( menahan emosi ). Dan yang lain adalah Beliau orangnya wira’i. Beliau adalah seorang pejuang yang pemberani yang memberantas G 30/S PKI di gurah. Dan beliau juga keras dalam mengajar santrinya misalnya beliau tidak sungkan-sungkan membentak santrinya ketika salah dalam pelafadzan. Tetapi meskipun beliau keras dalam mengajar tapi santrinya tetap datang dan tidak putus asa. Dan riyadhohnya kuat misalnya waktu beliau pergi ke tuban bersama K.Fashih, K. Bashori, K. Syamsuri, K. Yusa’ kurang lebih 63 Km jauhnya dan beliau tetap dalam keadaan puasa tidak mokel.

Beliau selalu aktif ikut jama’ah rowatib dan tidak pernah absen. Mengenai amaliyah lainnya ada cerita ketika beliau pergi ke wali songo bersam rombongan termasuk ( K. Fashih ). K. fashih sholat tahajud sedang beliau tidur. Tapi ketika K. Fashih selesai beliau ditegur K. Mad “ kok segitu “ (maksudnya kok cepet sekali ). K. Fashih kaget, beliau mengira Kyai Mad tidur tapi ternyata tidak. Insyaallah beliau sholat sambil tidur ( menurut K. Fashihuddin ). Tapi tak seorangpun tahu kalau beliau sholat.

Kyai Fashih juga pernah mengajar di Tsanawiyah tahun 77 dan beliau adalah orang yang pertama mempunyai gagasan untuk membeli baju seragam untuk guru. Meski keadaan pada waktu itu sangat sederhana sekali, tapi pembangunan sedikit demi sedikit dikerjakan dan akhirnya sampai jadilah madrasah yang besar seperti ini, yang dulunya santri sedikit sekali tapi sekarang berkembang sangat besar. Hal ini tak lepas dari perjuangan   kyai   mad   dan   pengurus-pengurus  pondok  waktu  itu.

  1. Ahmad Hafidz adalah orang yang kuat riyadlohnya, ihlas dalam menyampaikan ilmu sehingga ilmu yang disampaikan mudah diterima dan penerimanya juga tidak kapok walaupun dengan cara yang kasar. Dan dalam berda’wah / mengaji, beliau menggunakan dosis tinggi tapi pas dengan penyakit pendengarnya.

Beliau juga berpendirian tegas ( melihat orang yang dihadapi ) dan kokoh pendirian, merahasiakan amalan, makan seadanya. Keras tapi mampu menahan emosi ( sabar ), disiplin dan ahli dalam hal ilmu.

Beliau mempunyai kebiasaan naik sepeda untuk berda’wah ( mengaji ) walaupun dari ngasem sampai ngrancangan. Bahkan pernah pada tahun 1963 beliau bersama dengan teman-temannya dengan naik sepeda bepergian ke Tuban terus ke Demak. Dan terkadang sepedanya juga pernah dinaikkan ke dalam kereta api.

Kiprah beliau, mendirikan MTs pada tahun 1977 yang mana gurunya pada waktu itu belum ada HR lalu diadakan pemberian seragam. Sementara jabatan terakhir beliau di dalam Organisasi NU yaitu sebagai Rois Syuriyah Cabang Kediri. ( Nara Sumber : Bapak Kyai Fashihuddin, Tambak Rejo ).

  1. Ahmad Hafidz adalah seseorang yang sangat aktif sekali dalam pondok lirboyo. Pendidikan beliau hanya di pondok. Selama belajar di lirboyo beliau tidak pernah melalui jalur pendidikan formal ( sekolah ) seperti santri-santri lain pada umumnya. Karena beliau tidak telaten, melainkan langsung mengaji pada kakeknya yaitu K. Abdul Karim dengan istilah sorogan ( dibacakan langsung menirukan ). Setelah itu gantian beliau mbalah kepada teman-temannya. Dengan bekal kecerdasan yang beliau miliki, beliau dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diajarkan oleh gurunya, diantaranya yaitu beliau bisa menghatamkan kitab “ AL ‘IMRITHI” hanya dengan tenggang waktu mulai ba’da shubuh sampai bedug ( kira-kira jam 12.00 WIB ). Jadi beliau tidak sekolah, tetapi cuma sorogan. Selain ke kakeknya beliau juga aktif baca kitab ( kitab kuning ) kepada KH. Marzuki. Beliau sangat cerdas sekali, tidak heran kalau beliau sangat mahir sekali baca kitab kosongan (kitab kuning yang belum ada ma’nanya). Dan beliau menyukai semua pelajaran.

Aktifitas selama di pondok sangat banyak sekali, beliau dipercaya untuk mengajar mengaji di pondok. Selain itu beliau juga aktif menjadi pengurus pondok. Dan pada tahun kurang lebih 1957 beliau menjadi kepala pondok. Selama menjadi kepala pondok banyak kemajuan-kemajuan yang dicapainya. Misalnya dalam hal pembangunan pondok. Beliau berpesan kepada santrinya untuk giat belajar ( ngaji ). Beliau juga sangat aktif sekali sholat berjama’ah dan tak pernah ketinggalan untuk jama’ah. Kegiatan lainnya yaitu seringnya santri pondok di undang untuk mengaji di masyarakat di sekitar pondok. Waktu beliau tidak pernah digunakan ngobrol.

Dan kiprah beliau selama di pondok yaitu beliau menjadi pejuang yang mana pada waktu itu PKI menguasai daerah kediri. Beliau menjadi pemimpin santri-santri untuk memberantas PKI kurang lebih tahun 1965 yang ada di gurah dan plosoklaten. Saat itu beliau menjadi salah satu anggota tentara pemberantasan PKI yang ada di kediri.jadi beliau pernah duduk di ORSOSPOL. Meski banyak sumbangan beliau dalam pemberantasan PKI beliau tidak sombong , hal ini terbukti ketika pemerintahan waktu itu ingin mengangkat pangkat beliau, beliau tidak mau. Kata beliau” Ia berjuang karena Alloh tidak mengharapkan duniawi “. Dan beliau berhasil dalam perjuangannya memberantas PKI .

Mengenai kesukaan dan hoby, beliau sangat dikenal sebagai jago naik sepeda, kemanapun beliau pergi, selalu menggunakan sepeda. Pernah suatu saat beliau silaturrohmi kerumah teman-temannya yang ada di Ja-Teng ,dan apa yang beliau lakukan? Beliau naik sepedanya. Hebaat…..

Selain itu beliau suka ziarah kubur wali-wali misalnya Setono Landean, Batu Ampar, Bangkalan Madura, Tuban. Beliau menggunakan sepedanya”SIMPLEX”. Beliau bepergian dengan Kyai Yusak.Kyai Mad selalu wudlu sebelum bepergian dan setiap batal ia wudlu lagi. Ini terjadi ketika beliau pergi ke Semarang. Dan beliau pernah berkata” kalo’ bepergian tak usah mampir-mampir kalo’ belum sampai tujuan”, jadi beliau pergi selalu sampai tujuan. Tak pernah mampir-mampir misalnya kewarung atau jajan. Sosok KH.Ahmad Hafidz sudah tidak asing lagi  didalam perjuangan sejak  beliau masih di pondok Lirboyo. Pada Agresi Militer  Belanda II ( 1949 ) beliau juga ikut memperjuangkan dalam mempertahankan Republik Indonesia . dengan tanpa sepengatahuan Kyai dan santri –santri , beliau masuk tentara / militer dengan terdaftar dan punya seragam, namun beliau menggunakan nama palsu / samaran. Dan ketika beliau menjadi tentara, beliau membawahi satu pleton dan dijadikan komandan Selain itu beliau juga mempunyai kegemaran silaturrohim kepada para kyai dan ziaroh ke makam auliya’. Bahkan ketika belum mempunyai sepeda, beliau ziaroh dengan jalan kaki sampai ke Mojoagungpun beliau jalan kaki. Kemudian setelah beliau mempunyai sepeda, kebiasaan tersebut semakin sering beliau laksanakan. Hanya dengan mengendarai sepeda ontel, beliau ziarah sampai Surabaya, Madura, Jawa Tengah bahkan sampai Cirebon. Dan dalam perjalan, beliau tak putus-putusnya membaca sholawat serta tidak pernah batal wudlunya. Dan anehnya beliau tidak pernah mampir ke warung. Apabila beliau lapar atau haus, beliau hanya minum air sungai-sungai atau masjid-masjid yang beliau jumpai. Karena saking rajinnya beliau berziarah hanya dengan mengendarai sepeda ontel, pernah suatu ketika ban sepedanya trepes ( Habis) tak terasa.

Beliau sangat gemar membaca al-qur an. Setiap hari beliau membaca sampai satu juz. Sehingga setiap bulan beliau selalu menghatamkan al-qur an. Meskipun demikian beliau tidak mau menghafalkannya. Selain itu kegemaran beliau lagi adalah membaca sholawat. Beliau membacanya minimal satu hari 1000 kali. Dan diantara sholawat yang beliau baca adalah DALAAILUL KHOIROT. Serta setiap sesudah sholat fardu beliau membaca ayat kursi sebanyak 11 kali.

Beliau terkenal sangat disiplin dan tekun dalam belajar. Sehingga saking sibuknya beliau dalam memathla’ah kitab-kitabnya, tidak jarang selama satu minggu beliau tidak bicara dengan teman sekamarnya kecuali pada hari libur. Karena pada hari libur beliau sangat menikmatinya dan tidak pernah memegang buku. Tapi kalau tidak hari libur beliau sangat memanfaatkan waktunya untuk belajar dan mathla’ah pelajaran-pelajarannya. Pernah suatu ketika teman sekamar beliau yaitu Bapak Yusa’ ditegur beliau gara-gara pada hari libur memegang kitab.

Beliau pernah bekerja dan hasilnya dibelikan sepeda kemudian disewakan dan hasilnya untuk biaya pembangunan pondok.

Selain beristiqomah di lirboyo, beliau juga menimba ilmu agama dibeberapa pondok pesantren di jawa diantaranya yaitu di Mojosari (Nganjuk) selama 15 hari, di Sarang dekat Lasem (Rembang) selama 28 hari, di Bendo (Pare) selama 15 hari, di Bangkalan (Madura), di Watu Congol (K.Dalhar). beliau juga pernah mondok di Mangir (Tuban). Semua itu beliau jalani ketika bulan suci romadlon.

Selain terkenal dengan kedisiplinannya dan kemauannya yang keras beliau juga

Terkenal dengan keanehan-keanehannya yang diantaranya yaitu : apabila beliau gerah (selama di lirboyo) beliau tidak mau makan, minum, diobetkan dan tidak pernah mengeluh walaupun pernah sakitnya kurang lebih selama satu minggu. Kendatipun beliau sebagai Gus dan dekat dengan Kyainya, beliau tidak sombong dan tetap akrab dengan santri-santri lain tanpa membeda-bedakannya.

Setelah K.Abdul Karim wafat (1945) oleh K. Marzuki Dahlan beliau diserahi tugas sebagai Lurah pondok dan pada saat beliau menjadi lurah pondok, beliau dibebani tugas membangun pondok. Kendatipun begitu bukan berarti tidak ada hambatan-hambatan yang menyertainya. Yang diantara kendala dan hambatan tersebut adalah karena faktor biaya yang ada tidak mencukupi. Oleh karena itu beliau nyambi sebagai penjual beras. Beliau menjual beras dalam jumlah besar dari Banyuwangi ke Jawa Tengah (dengan di bantu oleh salah seorang kenalan beliau yang juga sebagai anggota TNI), karena penjualan beras dalam jumlah besar pada waktu itu dilarang oleh pemerintah. Selain itu beliau juga nyambi kerja sebagai buruh nyapu di pabrik semen (luru semen) kemudian hasilnya dijual sebagai upah.

Pernah juga beliau sakit beberapa minggu. Beliau juga tidak mau menjawab apabila ditanya tentang penyakitnya. Bahkan teman-temannyapun oleh beliau dilarang memberitahukan kepada salah satu keluarganya apabila beliau sakit. Dan diantara keanehannya lagi yaitu apabila beliau pulang ke Turus, beliau langsung menuju jeding (kamar mandi) dan mengisi air dengan penuh, baru setelah itu masuk rumah. Setelah itupun beliau langsung kembali ke lirboyo dan tidak pernah tinggal sampai lama di Turus, apalagi menginap. Hari rayapun beliau juga demikian.

K.Ahmad Hafidz adalah orang yang sangat rendah hati. Apabila bepergian kemanapun, beliau tidak pernah menunjukkan jati dirn beliau yang sebenarnya. Bahwa beliau adalah cucu dari pendiri Pon-Pes Lirboyo, yaitu K.Abdul Karim. ( Nara Sumber : Bapak K. Yusa’,Slumbung ).

  1. Ahmad Hafidz lahir di turus. Pada waktu kanak-kanak beliau tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Beliau hanya belajar di pondok yang ada di lirboyo. Beliau dikirim ke pondok sejak kecil. Jadi tidak heran kalau beliau sangat cerdas dan pandai dalam hal sorogan ( hafalan ) dan baca kitab kuning yang tidak ada ma’nanya. Beliau berguru pada kakeknya yaitu K.Abdul Karim. Jadi beliau sorogan kepada kakeknya. Setelah itu pulang ke turus dan menetap.

Beliau hidup di keluarga sederhana. Hidupnya seadanya. Misalnya makan, beliau makan apa adanya dan tidak pernah mengeluh minta ini itu atau dengan kata lain(nerimo). Meski beliau tak punya pekerjaan menetap tetapi rizki selalu datang saja. Itulah keutamaan kyai ( ada saja jalan untuk mendapatkan uang ).

Kiprahnya selama mondok di lirboyo, beliau pernah menjadi lurah pondok kurang lebih tahun 1963 dan menjadi kepercayaan kyai-kyai pada saat itu. Dan di masyarakat beliau sering mengaji ke desa-desa. Dan beliau membantu pemerintah waktu itu untuk memberantas PKI di burengan bersama santri-santrinya dan perjuangannya berhasil. Ini semua berkat keberaniannya dan kegigihannya dalam berjuang. Ketika itu beliau pernah duduk di militer yaitu jadi sopir. Jadi beliau ahlli dalam menyopir tapi sebagai sukarelawan saja.

Mengenai kesukaan atau hoby, beliau suka sekali naik sepeda, mengadakan perjalanan untuk silaturrohim, seneng sekali mengunjungi orang yang pulang ihrom. Ketika ada Haul K. Abdul karim beliau pergi dengan bapak umar ke magelang.

Beliau mempunyai kebiasaan senang menolong baik moril ataupun spirituel kepada orang tanpa pamrih. Misalnya ketika ayahnya bapak umar sakit sementara obatnya katanya orang adalah kurma maka beliau langsung pergi untuk mencari kurma. Padahal itu malam hari dan tempatnya jauh sekali. Beliau adalah orang yang bertanggungjawab dan tidak sombong. Terbukti meski beliau menjadi seorang kyai tetapi beliau masih sempat cuci-cuci baju sendiri bahkan sampai pernah mencucikan bajunya santri. Hal ini semua beliau lakukan untuk memberi contoh yang baik kepada semua santrinya.

Beliau termasuk pendiri PGA Gurah ( sekarang MTs SGJ ). Terus kyai Mad mendirikan pondok di turus. Ternyata yang melatar belakangi mengapa kyai Mad mendirikan lagi madrasah di turus adalah ada informasi bahwa PGA Gurah akan di Negerikan. Padahal ciri khas dari madrasah adalah salafnya. Akhirnya beliau mendirikan madrasah lagi di turus yang sampai sekarang masih berkembang.

Mengenai kegiatan kyai. Beliau sangat aktif sekali dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi kalau tidak belajar ya mengajar ( Thoriqoh ). Sehingga tidak ada waktu tersisa sia-sia. Sedangkan ilmu yang ditekuninya adalah tidak terlalu tasawuf dan tidak terlalu syari’ah jadi sedang-sedang saja. ( Nara Sumber : Bapak. Umar Muhammad, Jarak ).

  1. Ahmad Hafidz adalah salah seorang pendiri PGA di Gurah. Beliau ahli dalam bidang : politik, ‘ubudiyah dan pendidikan .Dan diantara temannya yaitu Kyai Asmuri ( Kurang lebih tahun 1968 ) dan K. Futuh. Kyai ahmad Hafidz seoarang yang kuat dan gigih dalam perjuangannya mendirikan PGA di Gurah. Nama PGA merupakan hasil musyawarah dalam mendirikan organisasi pendidikan dengan ketua : Kyai Nahrowi, Wakil : Kyai Ahmad Hafidz, Pemb. : Kyai Asmuri.

Setelah kegiatan belajar mengajar di PGA berlangsung dengan lancar Kyai Mad kemudian mendirikan lagi madrasah di turus. Dan akhirnya yang di Gurah beliau tinggalkan agar diurusi orang lain. Kyai Asmuri sering sekali pergi ke rumah kyai Mad untuk mengobati apabila kyai Mad sakit.

  1. Asmuri dan Gugup Muhadi adalah diantara teman-teman beliau yang dittunjuk menjadi Banser untuk menumpas PKI di daerah Gurah dan sekitarnya. Dan saat itu semua umat islam di daerah gurah berkiblat kepada NU ( berlindung ) termasuk Muhammadiyah yang diantaranya yaitu Mastur dan Dipo. Mereka dekat dengan Nu cuma ingin berlindung dari ancaman PKI saat itu dan setelah aman banyak yang berebut menjadi perangkat Desa terutama mereka-mereka yang tidak begitu mau berjuang waktu perang alias grup Muhammadiyah Mastur dan dipo cs.

Karena pada waktu itu PKI di Gurah sangatlah sadis-sadis dalam menbunuh orang-orang islam dan alhamdulillah akhirnya PKI dibubarkan oleh pemerintah. Perjuangan Kyai Mad sangat besar sekali dalam pemberantasan PKI. Beliau tidak ragu-ragu menbacok orang-orang PKI, karena ada cerita bahwa orang-orang PKI itu di bacok tidak mempan. Tapi kalau yang membacok kyai Mad ya matilah mereka. Dan kalau mengubur PKI ya dipisahkan anggota badannya karena kalau tidak begitu orang-orang PKI banyak yang hidup lagi., ceritanya..?    (Nara Sumber :K.Asmuri, Sumberwaru).

Beliau adalah putra pertama Kyai Abdulloh Syiroj dari pernikahannya dengan Ibu Nyai Hannah putri pertama Kyai Manab Lirboyo. Kyai Ahmad Hafidz dilahirkan di besole. Belau untuk pertama kalinya sekolah di SR ( sekarang SD ) di Gurah. Walaupun kakek dan ayahnya menyurhnya agar mondok ketempat kakeknya di lirboyo. Tak jarang kakeknya mengajak beliau untuk ikut ke lirboyo. Dan kadang ayahnya yang mengantarnya walaupun sampai disana, namun beliau tetap tidak mau mondok.

Baru setelah tamat dari SR beliau baru mau mondok ke lirboyo dan langsung mengaji kepada kakeknya ( Kyai Manab ).

Konon beliau pernah menjadi tentara namun gajinya tidak pernah diambil, karena sakit yang mengakibatkan penglihatan beliau kurang jelas  karena pernah ikut nyompret akhirnya beliau berhenti dari ketentaraan. Ketika menikah ayahnya sudah meninggal.

Beliau dimakamkan di sebelah makam kakeknya ( Mbah Sholeh ). ( Nara Sumber : Ibu Nyai Zaenab, Lirboyo ).

  1. Ahmad Hafidz dilahirkan di lingkungan abangan atau jahiliyyah dan merupakan putra pertama K. Abdulloh Syiroj dari pernikahannya dengan Nyai  Hannah

( putri K. Manab, Lirboyo ). Beliau ditinggal wafat ayahnya sejak kecil. Untuk pertama kali mengenyam pendidikan beliau sekolah di sekolah umum. Dan pada waktu itu di turus hanya ada mushola kecil yaitu di samping rumahnya dan sebuah masjid di besole.

Karena sekolah umum dan lingkungan yang minus tersebutlah menimbulkan kekhawatiran kakeknya, mengakibatkan kurangnya pengetahuan agama. Akhirnya lebih kurag tahun 1942/ 1943 beliau dipanggil kakeknya untuk mondok di lirboyo. Setelah di lirboyo beliau tidak sekolah melainkan langsung mengaji ke kakeknya dengan metode sorogan. Seperti umumnya santri, beliau tidak bertempat tinggal di Ndalem melainkan di asrama pondok ( kamar A yang bawah sebelah timur ). Beliau dibesarkan di lirboyo, karena setelah disini beliau tidak pindah-pindah pondok dan di lirboyo belum sampai mengajar.

Sepulang dari pondok beliau memboyong pondok yang ada di Besole ke turus yang di prakarsai oleh Gus Fasih  ( Putra adik Kyai Ahmad Hafidz yaitu Nyai Fatimah ) yang juga dibantu oleh santri-santri Besole. Dalam perkembangannya Madrasah tersebut juga mendapat bantuan Guru dari Pemerintah.

Beliau di kenal dengan ketasawwufannya. Dan juga beliau ikut andil dalam penumpasan G 30/S/ PKI. ( Nara Sumber : Mbah Jamal, Lirboyo ) .

  1. Ahmad Hafidz dilahirkan pada tahun 1934. Beliau menjadi pengurus Cabang NU pada tahun 1995 / 1996 yaitu menjadi Rois Syuriyah Kabupaten dengan Wakil K. Ahmadi yang saat pelantikannya dihadiri oleh Bapak KH. Abdurrohman Wahid ketua PBNU saat itu. Dan beliau terpilih menjadi Rois Syuriah ini saat Kondik NU diadakan di PonPes Hidayatus Sholihin / Ndalem beliau. Sebelumnya untuk Rois ini dipegang oleh K. Abdul Latief Kolak namun belum genap satu periode orangnya kedahuluan wafat dan akhirnya ketika pemilihan lagi terpilihlah K. Ahmad Hafidz.

Sebelumnya beliau menjadi Rois Syuriyah NU Anak Cabang Gurah. Ketika menjadi Rois Syuriyah baik Anak Cabang maupun Cabang, beliau mengadakan kegiatan sendiri untuk para pengurus NU Cabang yaitu berupa pengajian dengan kitab yaitu Durrotun Nashihin. Juga mengadakan pengajian keliling ke MWC, Ancab, Ranting atau Anak Ranting,  secara bergilir serta untuk memberi pengarahan tentang Organisasi. Karena beliau ingin membuat kader-kader NU yang ber SDM tinggi serta berilmu dan berakhlak mulia. Sehingga masalah mengaji atau ilmu selalu beliau perhatikan dan ketika mendapatkan undangan mengaji dimana saja pasti beliau datangi. Dalam memimpin beliau sangat tegas dan sangat terlihat disiplin serta bersungguh-sungguh dalam berjuang. Juga tak tertinggal beliau selalu mendahulukan musyawaroh untuk mencapai mufakat dalam segala hal. Dan saat beliau menjadi Rois ini pula , bersama dengan KH. Iskandar ( sebagai ketuya Tanfidliyah )  mengadakan pembangunan Kantor NU Cabang kediri.

Sebelum menjadi Rois Syuriyah beliau menjadi pengurus Anak Cabang NU Gurah. ( Nara Sumber : Bapak Kyai Ahmadi, Badal ).

Waktu sholat ‘id, disini dulu belum ada speaker sedangkan di kebonagung sudah ada. Bapak sholihin pernah ditanya oleh beliau “ le, opo kowe kepingin takbir nganggo speaker ?”, kemudian bapak sholihin menjawab “ inggih yai, kulo kepingin “. lalu beliau dawuh lagi “ lek kepingin, nanduro nanas sing akeh disik “. artinya beliau dalam memulai sesuatu tidak muluk-muluk akan tetapi dimulai sejak awal.

Beliau mulai membuka pengajian tahun 1971, termasuk murid beliau adalah bapak Ridlwan, bapak Thoyyiban dsb. Beliau sangat menghargai masyarakat. Kalau di undang tahlilan ke desa, maka beliau selalu mengutamakannya daripada kegiatan di dalam. Dan pada tahun 1965 kalau beliau tega, mungkin orang turs yang menjadi antek Pki sudah habis.

Salah satu ijazah beliau yaitu apabila dalam menghadapi musuh, maka menghadapinya dengan bacaan basmalah.

Diantara keistimewaan dan keanehan beliau adalah : beliau jagoan menek klopo, beliau terkenal sangat telaten dalam mendidik santri-santrinya. Ketika hujan deras, beliau pernah slulup di sungai depan ndalem sampai lama, dan tiba-tiba njudul di sungai Gabru.

Da’wah beliau sangat sederhana sekali waktu mbabat ngaji di Gabru, beliau tetap ngaji walaupun yang ngaji hanya dua orang. Ngaji beliau dengan sistem sorogan dan sewaktu-waktu. Diantara kitab-kitab yang digunakan mengaji adalah : Sulam Taufiq, Bidayatul Hidayah, Ta’limul Muta’allim, Fathul qorib Majid.

Yang sangat beliau openi adalah warga desa ( masyarakat ). Beliau sangat getting dengan thoriqoh. Dalam wiritan beliau tidak pernah lama karena mayoritas jama’ahnya adalah penduduk desa. Beliau juga tidak pernah memarahi santri yang sedang belajar.

Sekitar tahun 1961/ 1962 ( waktu pembebasan Irian Barat ) beliau dipersiapkan untuk melatih tentara 508 dan mengadakan perjalanan kaki mulai dari Blitar, Malang dan Surabaya.

Pada masa Agresi, yaitu waktu yai ke lirboyo dengan naik sepeda, di barat desa gumulbeliau dicegat PKI satu jeep dan ditembak. Namun yai tidak apa-apa bahkan tembaknya mati dan orang tersebut oleh beliau dikeplekkan ( dibanting ).

Beliau juga ahli dalam memparasi jam.konon beliau pernah ikut Cina di Surabaya. Beliau ihrom pertama kira-kira tahun 1987, kata teman-teman beliau, beliau kalau malam tidak berada di Mekah.

Tahun 1972 beliau ulai mendirikan sekolahan dari kelas TK sampai kelas IV MI dan pada tahun 1975 sudah mulai mengikuti ujian MIN. dan dalam waktu itu pula mulai ada santri yang mondok.

Beliau terkenal sangat sederhana. Pernah suatu ketika beliau makan dengan menggunakan jebor sebagai wadahnya. ( Nara Sumber : Bapak Sholihin, Gabru ).

  1. Ahmad Hafidz dilahirkan oleh ibunya yaitu putri tertua Kyai abdul Karim dan sang ibu ini masih saudara dengan bapak Khotib, sedangkan ayah beliau bernama Abdulloh Syiroj yang dikenal sebagai seorang Kyai di Desanya. Ayah beliau ini wafat sekitar tahun 60-an.

Jika dilihat dari segi kepribadiannya, KH. Ahmad Hafidz ini adalah orang yang keras dan tegas. Terutama dalam masalah hukum. Namun ketegasan yang beliau terapkan merupakan ketegasan yang bijaksana ( pada tempatnya – jika orangnya begini hukumnya yang digunakan ini ).

Masa menuntut ilmu beliau di Ponpes lirboyo. Sekarang ini, kamar yang beliau huni terletak di belakang ndalemnya Agus Maksum. Diantara asatidz beliau salah satunya adalah Kyai Futuh. Sedangkan teman akrabnya yang tak lain adalah Asmuni ( Mbah Asmuni ). Pada masa ini beliau mulai aktif di kepengurusan pondok yakni sejak 1960-1965. Larangan pergi ke Bioskop merupakan satu diantara kebijakan yang diterapkan beliau selama menjadi pengurus pondok.

Sepulang dari pondok Kyai Ahmad H. bersama kyai Futuh, Asmuri, Asmuni dll, mendirikan sekolah PGA sampai tahun 70-an. Kitab Riyadlus Sholihin dingajikan bagi guru-guru yang mengajar di sana. Selain itu pada tahun 1965 beliau telah aktif di Syuriyah NU Gurah dan pada tahun ini juga beliau berhasil menumpas PKI di Gurah sampai habis.

Sekitar tahun 1967-1968 beliau menikah. Beliau mempunyai hoby naik sepeda, sampai-sampai pada tahun 1953 pergi ke langitan dengan naik sepeda. Sedangkan meniup terompet barisan Hizbulloh merupakan keistimewaanannya.

Pada tahun 1991-1994 beliau langsung menjadi Rois Syuriyah NU kabupaten. Dan ketika inilah beliau tiada. Sebelum kepergian beliau, beliau pernah berkata pada Kyai Asmuni ketika Kyai Asmuni sowan “ Aku akan istirahat total “. setelah itu jelang 3 hari beliaupun wafat.pesan K. Ahmad Hafidz : “ perbuatan baik itu banyak sekali, sedangkan yang berbuat baik jarang sekali “. dan “ seaik-baiknya di rumah masih lebih baik di pondok “.

Pembebasan ( pembelian ) tanah untuk membangun Aula Muktamar adalah jasa rintisan beliau sebelum wafat. ( Nara Sumber : Kyai Asmuni, Pucanganom ).

 

BPK IMAM  SHOLIHIN   BY :MAS AGUS CS

 

Waktu sholat ied disini belum ada spiker , sedangkan di kebun agung sudah . bapak shoihin pernah ditanya beliau “ lee opo kowe pingin takbir nganggo spiker “  kemudian bapak sholihin menjawab “ inggih yai “ lalu beliau disuruh lagi , “ le’ kepingin nanduro nanas sing akeh disik “ arinya beliau dalam memulai seiap sesuatu tidak muluk- muluk tetapi dimulai sejak awal. Beliau memulai pengajian sejak 1971 termasuk murid beliau adalah bapak ridwan, Bapak Thoyyiban dsb. Beliau sangat menghargai masyarakat misal kalau diundang tahilan didesa maka beliau selalu mengutamakannya dari pada kegiatan didalam. Dan pada tahun 1965 kalau beliau tema mungkin orang Turus yag menjadi antek PKI sudah dihabisi. Salah satu ijazah beliau apabila menghadapi musuh maka menghadapiya dengan bacaan Basmalah . diantara keanehan dan keistimewaan beliau adalah beliau adalah pandai memanjat kelapa beliau terkenal sangat telaten dalam mendadak santri – santriya. Ketiga hujan deras beliau pernah selulup disungai depan ndalem sampai lama da tiba-tiba jedul disungai gabru . da’wah beliau sangat sederhana sekali ,waktu babat ngaji digabru beliau tetap ngaji walaupun yag ngaji dua orang . ngaji beliau dengan sistim sorogan dan sewaktu – waktu diantara kitab-kitab yang digunakan mengaji adalah Sulam al- Taufiq, Bidayatul Hidayah, Ta’limul Muta’llim , dan Fgathul Qorib .

Yang sangat beliau openi adalah warga desa. Beliau sangat getting dengan Thoriqoh, dalam wiridan beliau tidak pernah lama-lama karena mayoritas jamaahnya adalah penduduk desa . sekitar tahun 1961 / 1962 ( waktu pembebasan Irian Barat beliau dipersiapkan untuk melatih tentara 508 dan mengadakan perjalanan dengan berjalan kaki mulai dari Blitar, Malang dan Surabaya . Pada masa agresi yaiutu pada waktu yai ke Lirboyo beliau naik sepeda , dibarat desa Gumul beliau dicegat PKI satu Jip dan ditembak namun yai tidak apa – apa , bahkan tembaknya malah mati dan orang tersebut oleh beliau dikeplekkan ( dibanting ) . beliau juga ahli dalam memperbaiki jam ( alroji ) konon beliau ikut cina di Surabaya . beliau Ihrom petama kali tahun 1987 , kata teman –0teman beliau kalau malam tidak ada di Mekah . pada tahun 1972 beliau mulai mendirikan sekolah TK – kelas IV dan tahun 1975 sudah mulai mengikuti ujian MIN dan pada waktu itu pula sudah mulai ada santri yang mondok. Beliauterkenal sangat sederhana , pernah suatu ketika beliau dahar dengan menggunakan jebor sebagai wadahnya. ( Usri/Cs ).

MHS 1979-1994

Tahun 1979 santri putra ada 4 orang, yaitu :

  1. M. Muhdi Sulaiman (Demak)
  2. Fathur Rohman (Magelang)
  3. Zubaedah ( Tulungagung)
  4. Hamdani ( Magetan)

Dengan ponpes yang belum resmi

Paara santri bertempat di kamar nddalem sebelah barat dan ada mushola  (langgar ) angkring yang alasnya dari belahan bambu (sekarang pondok putra). Suasananya kelihatan angker karena tanahnya kelihatan kosong  dan banyak pohon yang besar-besar yang kemudian mendapat bantuan  dari H. Mayskur mendirikan komplek pondok putra  dan tempat wudlu di selatan masjid.sedngkan pembangunan pondok putra yang mana sebelumnya pondok putri bertempat di kamar yang adda di dapur (pelaksanaanya bapak muhdi). Bermodal Rp. 50.000,-  sisa dari pengadan ziaroh wali songo untuk membeli batu. Sedangkan batu merah meminta sumbangan dari orang babatan dan pasirnya mengambil dari sungai mampu mendirikan empat kamar di timr dapur ndalem.

Karena seemakin banyaknya murid, pengurus madrasah bermussyawaroh untuk penambahan  lokal (kelas). Tahun 1979 bisa terlaksan dengan menambah dua lokal . yang sebelumnya yaitu tahun 1977  sudah mendapatrhap dari Depag  terima jadi sebanyak dua lokal semuanya menjadi  empat lokal. Pagi untuk MI dan TK, sedangkan  sore untuk MTs dan  MA  yang  pelajarannya mayoritas diniyah . sedangkan pelajaran umumnya hanya sedikit.

Kemudian mendapat rehap lagi dari pemerintah dengan  penambahan dua lokal meneruskan empat lokal  yang sudah ada. Pelaksananya adalah bapak Fasihuddin pada tahun 1982. Atas anjuran K. Ahmad Hafidz th 1982  MTs mengikuti ujian negara. Ada 27 siswa / siswi  diantaranya ibu Mudawamah dan dan ada dua siswa yang tidak lulus dan pelaksananya / yang mengurusi adalah bapak Muhdi Sulaiman.

Tahun 1986 mendapat rehap dari pemerintah  lagi dengan nilai Rp. 9.600.000,- untuk membelikan tiga lokal ( Timurnya MI ) . adapun pelaksananya adalah bapak Muhdi Sulaiman . dengan penambahan tiga lokal tersebut MTs bisa masuk pagi . namun karena masih belum memadahi pada  tahun itu pula menambah satu lokal lagi (di selatannya) . yang pada perkembangan selanjutnya empat lokal itu ditingkat untuk penambahan fasilitas dan pada tahun 1986 mendirikan MA yang ikut ujian negara. Kepala sekolahnya Drs. Khoiri (Dinas dari MAN I Kediri) wakilnya bapak Muhdi Sulaiman  yang mengendalikan kegiatan belajar mengajar tiap hari, yang juga menjabat sebagai kepala sekolah MTs selama 12 tahun).

Gedung TK yang ada di depan sebelah timur dibangun ketika K. Ahmad Hafidz sedang menunaikan ibadah haji yang juga dibangun sebuah koperasi untuk memenuhi kebutuhan para siswa yang modal awalnya dari iuran  wali murid  @ Rp. 1000,- , dan terkumpul  sebanyak Rp. 750.000,- yang juga dibantu kyai. Pengelolaan  koperasi tersebut dipegang oleh bapak Hadziq Masduqi. Dalam perkembangsn selanjutnya pengurus merncanakan pembangunan gedung bertingkat tiga yang berlokasi di sebelah barat (Gabru) namun belum selesai hingga sekarang.

Pada awal perintisan MHS sering dihina dan  dicemooh orang dengan kata-kata “madrasah kampungan” karena dalam sekolah muridnya memakai sarung , dan lain-lain dengan nada pesimis. Memang dalam pembangunan baik fisik maupun materi  kendala yang utama adalah masalah dana. Namun demikian hasil yang dicapai sekarang sudah cukup memuaskan.

Pernah ketika tahun 1987 Kyai bercerita kalau beliau dulu pernah menjadi angkatan /tentara satu generasi dengan sudomo, dengan menjadi tentara sukarela dan gajinya tidak pernah diambil . beliau dawuh  “kalau gaji itu sekarang saya ambil  mencapai lebih satu milyar”. Oleh karena itu dengan kurangnya dana dalam pembangunan oleh pak Muhdi pernah dibujuk untuk mengambiluang tersebut lalu digunakan untuk pembangunan gedung dan pengadaan fasilitas-fasilitas yang lain, namun jawab beliau “tidak perlu! Nanti menjadikan lupa . biar berjalanapa adanya saja, tidak usah memikirkan yang tidak ada”. Ini merupakan teladan /contoh Qona’ah  dan keikhlasannya dalam  berjuang.

Dalam memimpin pondok / lembaga yang formal sebagai pengendali  dan ketua yayasan sejak mendirikan lembaga disitu untuk tiap tahunnya beliau menutupi biaya operasional , dan lain-lain untuk lembaga (sekolah dan pondok) minimal  kurrang lebih Rp. 5 juta. Jadi kalau ada yang menganggap kalau beliau mendapat gaji dari sekolah /lembaga  di situ adalah salah besar . Dan  semua pengurus juga tidak di gaji. Tujuan beliau mendirikan lembaga Hidayatus-Sholihin adalah untuk mencerdaskan masyarakat agar tidak bodohterutama ilmu-ilmu agama juga ilmu umum.

 

KEISTIMEWAAN / KEJADIAN  LUAR BIASA yang DIALAMI OLEH  KH. A. HAFIDZ.

 

Ketika beliau silaturrohim ke Magelang yang kemudian mampir ke solo untuk menghadiri acara walimatul ‘Ursy salah satu kerabatnya. Dalam perjalanan pulang di bulak yang panjang setelah solo kendaraan yang ditumpanginya  berjalan di belakang truk yang besar dari Jrak kurang lebih 5 meter. Dengan kecepatan tinggi  (spido meter menunjukkan angka 80) dan beliau duduk di samping sopir (pak Muhdi). Tiba-tiba di depan ada bis yang saling mendahului . akhirnya truk itupun langsung mengerem dan mobil yang beliau kendarai beserta keluargajuga mendadak di rem sang sopir lalu berteriak  allohu Akbar dan seisi mobil pun berteriak histeris, diperkirakan walaupun sudah direm, kendaraan tersebut pasti menabrak truk didepannya , namun tiba-tiba mobil tersebut seperti dilempar dan keluar dari jalan akhirnya semua penumpang selamat.

Pada zaman misterius beliau mengajak pak Muhdi ke Pacul Gowang dan berangkat jam 11 malam, dengan mengendarai sepeda motor. Sebelum berangkat beliau dawuh  “Di ! nanti lewat pagu saja sambil melihat mayat diturunkan dari truk.” Ternyata benar . dalam perjalanan di bulak utara plemahan ada truk yang berhenti dan menurunkan mayat yang dibungkus karung.

Pernah juga , pada waktu beliau bersama pak Muhdi ke Surabaya menemui H. Fadlol dari madura yang bertempat di dekat Perak beliau naik bis yang pada waktu itiu hujan. Ketika berada di daerah pare bis yang beliau tumpangi  ban belakangnya masuk ke selokan yang ada di pinggir jalan . enumpang seisi bis berusaha mendorong bis tapi tidak uat. Akhirnya para penumpang masuk lagi ke dalam bis beliau dawuh : “ Di! Bis-e tak surunge yo ? ben munggah”. Dalam keadaan masih hujan beliau turun dan mendorong bis trsebut sendirian, akhirnya pelan-pelan bis tersebut bisa naik ke jalan lagi padahal di dorong oleh penumpang seisi bis saj tidak bisa tapi hanya dengan beliau sendirian bis tersebut dapat terangkat.

Ketika masih di Lirboyo beliau pernah diajak pamannya yaitu mbah Ya’qub mencari ikan (njala) di sungi mbato’an, namun tidak dapat ikan akhirnya untuk melampiaskan kejengkelannya mereka main sepak bola memakai batu yang besar-besar di sungai, melihat hal ini beliau (KH. A.Hafidz) dawuh  :”percuma kalau hanya menendangi batu, sebaiknya diangkat ke atas diberikan kepada orang yang memecahi batu”. Namun mereka tidak menghiraukan ajakan beliau . akhirnya beliau mengangkat langsung batu yang paling besar yang ada di sungai dibawa ke atas dan diberikan kepada orang-orang yang memecah batu. Setelah batu itu diturunkan kemudian  ditampar  dengan tangannya dan langsung hancur menjadi kecil-kecil. Orang-orang yang memecah batu itupun merasa senang karena merasa terbantu pekerjaannya.

Pada waktu beliau menjadi pengurus di pondok lirboyo pernah ada santri yang sulit diatur mengenai pembagian kamar . suatu malam kurang lebih jam 02.00 ada dua santri dari cirebon datang ke beliau dengan membawa celurit dan pistol yang berniat membunuh beliau. Kemudian beliau pergi ke warungnya Kyai Marzuqi untuk membeli pisang goreng yang kemudian disuduhkan kepada kedua santri tersebut. Namun keduanya tidak mau makan. Beliau dawuh : “Maumu apa ? coba pisaumu untuk mengiris pisang godog, tedas opo ora? “.keduanya mengambil pisang setelah diris ternyata pisaunya tidak  mempan .  dan beliau dawuh : ”la wong pisaumu buat motong pisang saja tidak mempan  kok mau buat bunuh saya”. Pisau itu diminta dan dipotong-potong dengan kedua tangannya, sembari beraata : “ laeong empuk gini  kok, kalau pistolmu bukan sewaan  polisi , saya poting-potong sekalian. Saya tak mau kamu punya masalah dengan polisi”. Setelah subuh kedua santri itu langsung boyong selang 5 tahun  dan beliau sudah bermukim di Turus. Kedua santri itu sowan dan mohon maaf atas ketidak beresan mereka. Ternyata setelah berumah tangga apa yang di putuskan / kebijakan  Kyai itu betul.

Tahun 1965 (zaman PKI) beliau dan santri lirboyo menggerebek tempat orang-orang PKI. Ternyata jumlah PKI lebih banyak dibanding para santri, setelah PKI berhamburan para santri pun mencaara sasaran masing-masing tinggal beliau sendiri di Jl. Dhoho. Ada beratus-ratus PKI dari arah utara dan selatan. Kemudian beliau menepi ke pinggir jalan mengangkat batu yang sangat besar dan dilemparkan ke arah orang-orang PKI walaupun banyak dari mereka yang mati tapi yang tersisa masih banyak sekali dan mengeroyok beliau. Karena merasa terjepit beliau dengaaaan mengucap  Bismillaahi Tawakkaltu ’ala Alloh, dan Bismillahi Allohu Akbar (masing-masing 3 kali) dan mfnghentakkan kaki ke tsnsh 3 kali, menjulurkan tangan kanan dan kiri lalu merobek robek perut orang PKI dan mengeluaarkan jantung dengan kedua tangan kosong dan orang-orang PKI pun banayak yang mati.

Ada sebuah desa terpencil yang penduduknya belum banyak yang santri. Dan di sana akan mendirikan masjid namun dananya tidak mencukupi untuk biaya penggergajian kayu yang masih berupa glondongan besar- besar. Beliau datang dengan membawa pissau dan meminta  panitia untuk mengukur kayu-kayu tersebut sesuai ukuran yang diperlukan  untuk pendirian masjid disitu. Setelah diukur oleh panitia kayu-kayu itu digaris oleh beliau dengaaaan memakai pisau yang beliau bawa dan langsung terbelah seperti kayu yang digergaji. Tidak sampaiu satu malam semua kayu sudah terbelah sesuai dengan ukuran yang dikehendaki panitia.

Ketika muda, beliau pernah memotong bambu dan membelahnya. Anehnya didalam bambu itu ada air dan didalamnya ada ikan lele putih yang masih hidup. Padahal bambu itu tidak ada lubangnya sedikitpun. Lalu ikan itu ditanya  “ kamu berbahaya apa tidak kalau dimakan?”. Kemudian ada jawaban tidak. Untuk menambah kekuatan, ikan tersebut lalu dimasak dan dimakan. Kemudian beliau wasiat kalau menemukan hewan aneh-aneh dan mau mengambilnya bacakan dulu lafadz  Bismillahi Allohu Akbar  lalu dipamiti. Kalau dibacakan lafadz tersebut kok tidak hilang berarti tidak apa-apa dan kalau hilang berarti tidak boleh / bukan ikan beneran. Pada waktu ke rumahnya mak rim (adiknya Ibu Nyai) Probolinggo, dengan mengendarai sepeda motor deeeeengan muhdi, didaerah gempol karena ada sungai beliaau minta berhenti. Untuk buang air kecil.  Lalu beliau turun ke sungai . setelah selesai dan mau istinja’ beliau didekati lele putih yang seakan ada kontak dengan beliau mau bertemu disitu. Karena mau pergi beliau bilang : Lain waktu saja”. Ikan itu tidak jadi diambil. Beliau juga  mengingatkan orang riyadloh  itu tidak harus puasa / mengaji. Melayaani Kyai juga Riyadloh. Nanti kalau dimasyarakat kalau tidak bisa ngaji ya bekarja yang halal. Dan kalau di suruh                                                                                                                                                                                          ngaji ya ngaji sebisanya.

Waktu beliau masih di Lirboyo pernah menjalankan operasi  pemberantasan copet dan sering di lakukan sendirian. Suatu ketika di Surabaya yang terkenal sangat banyak copetnya sampai-sampai aparat tidak mampu menanganinya. Beliaupun berangkat ke sana tepatnya di pasar Turi. Dan kebetulan pimpinan copet tetinggi di sana adalah Sya’du dari kediri Kediri (Donglo dekat Brantas) yang kebetulan masih ada hubungan famili dengan beliau. Beliau lalu membeli pisau dan masuk pasar Turi. Setelah tahu ada copet beliau langsung menggosokkan pisaunya  kearah copet tersebut. Karena tahu temannya ada yang terluka para copet itupun mengeroyok beliau. Beliaupun langsung membabatkan  pisaunya ke arah para copet itu yang mengakibatkan banyak copet yang mati dan pasar Turipun banjir darah. Setelah pimpinannya (Sya’du) datang dapat menhentikan perkelaian tersebut. Beliau akhirnya lari karena dikejar polisi dan menumpang truk  kemudian turun disebuah jembatan dan turun  ke sungai , lalu kumpul dengan orang-orang gelandangan untuk mandi dan mencuci pakaian yang berlumuran darah . akhirnya beliaupun selamat. Tidak di situ saja, beliaupun juga sering beroperasi di gedung-gedung film dan tempat-tempat hiburan lainnya untuk memberi pelajaran kepada oranr-orang yang kurang ajar.

Pada wktu KH. Abdul Karim gerah linu minta dibuatkan tirah di Songgo titi yang di sana ada sumber yang airnya hangat untuk mandi setiap pagi dan sore  ddan songgo riri masih berupa hutan belantara. Santri yang setia menemani ialah cucunya (KH. Ahmad Hafidz) dengan diam-diam agar tidak ada santri /alumni santri yang tahu. Asetelah ada santri yang tahu akhirnya banyak ssantri dari sekitar malang yang datang dan membawa oleh-oleh . Tiap hari ada yang datang sampai ada yang membawa ingkung. Karena masih berupa hutan di sana masih banyak binatang buas, terutama malam hari . yang sering berkeliaran  terutama macan yang ada kalau berjalan sampai melangkahi gubug yang ditempati K.M     anab dan beliau. Kyai Manab berkata :”fidz,itu juga makluqnya alloh kita juga makluqnya Alloh jangan diganggu. Kalau diganggu nanti marah , kalau perlu  berilah makan”. Akhirnya dengan memberanikan diri beliu memberi makan macan tersebut dengan sisa ingkung yang tidak habis . macan tersebut terbiasa dan akhirnya menjadi seperti teman.

Dalam pendidikan kemiliteran komandannya pernah  menyuruh nyelam di sungai Brantas. Sebelum ada aba-aba selesai tidak boleh naik dari air. Kalau ada yang naik malah ditembak. Beliau kuat menyelam selama satu jam. Ketika ada lomba terjun payung yaitu cepat-cepat mendarat, beliau ikut. Ketika ada lomba terjun beliau tidak segera membuka parasitnya sampai dekat dengan tanah. Setelah dekat baru dibuka. Hal ini tidak berani dilakukan oleh prajurir lain. Beliaupun akhirnya menjadi yang tercepat. Juga pernah disuruh mengganti ban dalam truk yang sangat besar yang kalau menyungkitnya menggunakan linggis yang kalau dilakukan oleh dua orang pun belum tentu kuat. Tapi oleh beliau ban dalam tersebut diinjak palengnya dan ditarik ban dalamnya  kemudian diganti dengan cepat. Dengan tnpa menggunakan cupit/alat lain, melainkan hanya dengan tangan kosong. Sampai komandannya tak percaya kalau beliaubisa melakukannya secepat itu.

Di Lirboyo beliau diangkat oleh Kyai Marzuqi menjadi pengurus. Beliau tidak pernah menampakkan kalau dirinya adalah cucu Ulama’ besar. Tiap pagi yang membuang sampah di PP. Lirboyo adalah beliau yang ditemani oleh pak Suraj (jogo boyo turus) dan pak Khoiri dari pacitan (yang kemudian meninggal di pondok Lirboyo). Pernah suatu ketika ada santri yang berada  (punya uang/banyakuang), karena tidak tahu kalau beliau adalah cucunya K. Manab, santri itu bilang : “Kang ! dari pada kamu buang sampah tiap hari lebih baik kamu memasakkan saya dan nanti makan malam sama-sama”. Beliaupun mau dan memasakkan santri tersebut. Setelah tahu kalau beliau cucunya K. Manab, santri tersebut malu dan minta ma’af.

Arsip

Kalender

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031